Penelitian mengenai Computer Based Learning

Pendahuluan

Sejak awal kemunculannya, yaitu pada tahun 1980-an, komputer menjadi sangat laris digunakan dalam pendidikan. Penggunaannya bermacam-macam. Digunakan sebagai alat bantu bahkan sebagai media utama yang dipakai dalam pembelajaran. Banyaknya sekolah yang mulai memanfaatkan komputer dalam kegiatannya, membuat banyak peneliti tertarik untuk meneliti tentang penggunaan komputer dalam pendidikan. Kulik, Robert Tylor, Thomas and Boysen adalah beberapa contoh peneliti yang tertarik pada penelitian CBL ini.

Dalam konteks penelitian mengenai penggunaan komputer dalam pendidikan banyak peneliti yang menggunakan berbagai istilah yang dipakai untuk menggambarkan penggunaan komputer dalam pembelajaran. Penelitian mengenai penggunaan media dalam pembelajaran ini juga melalui berbagai tahap hingga pada akhirnya memberikan hasil-hasil yang bermanfaat bagi kita mengenai penggunaan komputer dalam pendidikan. Selain hasil-hasil yang diperoleh, peneliti pada era saat itu juga memberikan berbagi saran yang perlu dilakukan berkaitan dengan penelitian masa yang akan datang pada lingkup pemanfaatan komputer dalam pendidikan.

Berdasarkan hal tersebut, dalam tulisan saya kali ini, yang akan menjadi fokus masalah adalah, istilah-isitilah apa saja yang menjadi momok dalam penelitian mengenai penggunaan komputer dalam pendidikan? Seperti apa tahap-tahap penelitian yang dilakukan? Serta apa saran yang diberikan oleh peneliti terdahulu mengenai penelitian tentang penggunaan komputer dalam pendidikan di masa yang akan datang?

Berbagai masalah tersebut akan dibahas secara lengkap dalam tulisan ini. Tujuannya adalah agar pembaca memperoleh pengetahuan dan wawasan yang lebih luas terhadap penelitian mengenai penggunaan komputer dalam belajar, dan hal-hal lain yang terkait dengan rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya. Sehingga setelah membaca tulisan ini, pembaca akan terbuka wawasannya mengenai penggunaan komputer dalam pembelajaran.

Pembahasan

Istilah
Dalam penelitian mengenai pembelajaran berbasis komputer ini, ada berbagai istilah yang menjadi momok bagi para peneliti. Banyak peneliti yang menggunakan sitilah yang berbeda satu sama lain untuk menggambarkan aplikasi komputer dalam pendidikan.
Dalam konteks penelitian ini, penulis mengidentifikasi setidaknya ada lima istilah yang digunakan. Istilah – istilah tersebut meliputi: CAI (Computer Assisted Instruction), CBI (Computer Based Instruction), CBL (Computer Based Learning), CBE (Computer Based Education), dan CAL (Computer Assisted Learning).
Kelima istilah memiliki perbedaan dan persamaan antara yang satu dengan yang lainnya. Perbedaannya, yaitu:
a.    CAI, Istilah ini menggambarkan bahwa komputer digunakan hanya sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Penggunaanya hanya sebagai tool yang mendukung kegiatan belajar. Misalnya, siswa menggunakan software Microsoft Excel untuk melakukan perhitungan dalam mata pelajaran statistik. Dalam hal ini komputer sebagai alat bantu bagi siswa, aplikasi komputer tidak secara khusus diprogram untuk tujuan pembelajaran tertentu.
b.    CBI, Istilah ini menggambarkan bahwa komputer/aplikasi komputer digunakan sebagai media utama dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran, digunakan aplikasi yang telah diprogram untuk tujuan pembelajaran tertentu.
c.    CBL, Istilah ini merujuk pada penggunaan komputer sebagai media utama dalam belajar. Perbedaannya dengan CAI dan CBI terletak pada kata “Learning” dan “Instruction”. Instruction merujuk pada situasi yang konvensional dan terprogram, sedangkan Learning lebih dinamis dan belum tentu terprogram dalam artian ada tujuan-tujuan tertentu yang harus dicapai. Jadi pada istilah CBL ini komputer merupakan media utama bagi siswa untuk belajar mengenai sesuatu dan dapat dilakukan secara mandiri (tidak terikat pada situasi yang konvensional)
d.    CBE, istilah ini merujuk pada penggunaan komputer sebagai media utama dalam pendidikan. Kata “Education” memberi arti yang lebih luas dari Instruction atau Learning. Sehingga komputer dalam istilah ini adalah media utama yang digunakan dalam pendidikan tertentu.
e.    CAL, Istilah ini merujuk pada gambaran mengenai penggunaan komputer sebagai alat bantu dalam belajar. Jadi dalam belajar mandiri, komputer dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu untuk mendukung kegiatan belajar siswa.
Persamaan diantara kelimanya adalah seluruh istilah tersebut sama-sama digunakan untuk menggambarkan penggunaan aplikasi komputer dalam pendidikan sebagai media dalam menunjang kegiatan belajar siswa.
Dari kelima istilah tersebut, manakah istilah yang paling sesuai untuk menggambarkan penggunaan komputer dalam pendidikan? Penulis berpendapat bahwa istilah CBL adalah istilah yang paling sesuai dalam konteks ini. Mengapa? Karena istilah ini lebih umum/general untuk menggambarkan pemanfaatan aplikasi komputer dalam pendidikan. Adanya kata “Learning” sudah mencakup istilah “Instruction” dan juga “Education”. Inilah yang mejadi alasan penulis berpendapat seperti ini.

Tahap Penelitian CBL
Pada penelitian mengenai CBL ini ada sejumpah peneliti yang mengambil bagian pada penelitian CBL diantaranya: Kulik, Robyler, Lehrer, Palumbo, Reynolds and Hart, Becker, Diffrient, Tiley & Harman, Criswell, Halpin & Moses. Ada beberapa tahap yang menggambarkan perkembangan penelitian CBL ini dari waktu ke waktu. Tahap-tahap tersebut meliputi:
a.    Tahap awal
b.    Tahap lanjutan, dimana pada tahap ini penelitian difokuskan pada efek dari komputer terhadap belajar siswa, tahap ini berusaha meneliti Tahap evaluasi variabel-variabel bebas (CBL) secara lebih spesifik.
c.    Tahap Penelitian Meta-analisis yang juga meliputi Penelitian yang fokus pada area yang spesifik dari CBL
d.    Tahap Penelitian Deskriptif yang meliputi penelitian mengenai desain dan biaya terkait dengan CBL
Tahap Awal, pada tahap pertama ini, penelitian masih fokus pada komputer itu sendiri sebagai sebuah variabel bebas. Pada tahap ini peneliti berfokus pada komputer sebagi sebuah variabel yang bebas dan berasumsi bahwa komputer itu sendirilah yang secara langsung memberi pengaruh pada proses belajar. Adanya pandangan dan asumsi yang seperti itu membuat penelitian pada tahap ini mejadi tidak memuaskan hasilnya.
Penelitian ini mengulangi kesalahan yang sama mengenai penelitian tentang media sebelumnya, dimana variabel terikat diacuhkan. Padahal hubungan antara variabel terikat dan bebas dapat secara langsung memberi gambaran akan pengaruh komputer terhadap proses/hasil belajar. Pada penelitian tahap ini, variabel terikat tidak diperhatikan, sehingga pengukurannya tidak valid/tidak menjawab masalah yang ditemui.
Jadi kelemahan pada penelitian tahap awal ini adalah terletak pada kekurangan dari instrumen yang tidak secara tepat mengukur apa yang seharusnya diukur dan juga pada desain penelitiannya. Desain penelitiannya tidak terkontrol, sehingga hasilnya tidak memuaskan.
Tahap Lanjutan, setelah penelitian pada tahap awal banyak dikritik, maka kemudian dilakukan penelitian yang lebih lanjut, dimana pada tahap ini penelitian tidak lagi berfokus pada komputer sebagai sebuah variabel bebas, penelitian ini mulai fokus pada bagaimana komputer dapat memberi efek terhadap belajar siswa. Hasil penelitian ini adalah bahwa CBL itu sendiri memiliki beragam kategori yang memiliki karakteristik dan tujuan yang berbeda-beda.
Kategori-kategori dari CBL meliputi Kategori yang didasarkan pada software, yang mencakup drill and parctice, tutorial, simulation, problem solving, tool dan computer managed instruction. Keragaman kategori dari CBL inilah yang secara langsung dapat memberi efek pada belajar siswa. Masing-masing kategori ada tujuan tertentu, jadi ada materi tertentu yang dapat disampaikan dengan kategori CBL tertentu.
Tahap selanjutnya adalah penelitian mengenai CBL secara meta-analisis. Yaitu berusaha mengumpulan dan mensintesis berbagai penelitian yang terkait dengan CBL Penelitian pada tahap ini dilakukan oleh Kulik dan rekan-rekan kampusnya . ia dan kawan-kawan berhasil menyelesaikan penelitian mengenai CBL dalam 3 konteks yang berbeda, yaitu pada siswa sekolah dasar, menengah dan perguruan tinggi.
Hasilnya adalah bahwa dengan pendekatan CBL prestasi siswa dapat ditingkatkan, menghemat waktu guru dan siswa dan meningkatkan sikap siswa terhadap sekolah dan mata pelajaran. Jadi menurut Kulik, CBL lebih efektif digunakan pada siswa sekolah dasar daripada mahasiswa perguruan tinggi. Selain Kulik, Robyler juga bermain pada tahap ini.
Hasil penelitian Robyler mengkonfirmasi penelitian sebelumnya yaitu menyatakan bahwa CBL efektif dalam mengajarkan matematika dibanding mengajarkan kemampuan membaca dan bahasa. Selain itu ia juga membantah temuan Kulik, menurut hasil penelitiannya, CBL lebih efektif pada mahasiswa dibanding pada siswa sekolah dasar.
Selain meta-analisis. Pada tahap ini juga dilakukan penelitian pada area-area yang spesifik berkenaan dengan CBL, yaitu penelitian mengenai efek kognitif yang timbul dari penggunaan komputer, penelitian pada area penggunaan prosesor dalam mengajar menulis, dan penelitian pada area perbedaan gender, sikap dan bakat dalam penggunaan komputer .
Tahap terakhir adalah tahap penelitian deskriptif, pada tahap ini diteliti secara deskriptif mengenai apa yang dapat diberikan komputer untuk menyediakan informasi yang berguna bagi usernya? Hasil pada tahap ini adalah bahwa kerjasama yang lebih dekat antara anggota yang bervarasi  dan juga kondisi kelas harus difasilitasi untuk memberi dampak pada belajar siswa.  
Kebutuhan kerjasama yang diperlukan meliputi: Pengetahuan kognitif, kemampuan artifisial, pengetahuan komputer, antropologi dan sosiologi psikology, desain pembelajaran dan pendidikan. Kebutuhan dari penelitian berbasis kelas juga ditekankan. Selain itu isu mengenai Desain sebuah program CBL juga diteliti secara deskriptif. Fokusnya adalah pada menemukan alat yang paling efektif  dari rancangan pengalaman CBL untuk siswa. Jadi desain seperti apa yang paling efektif untuk belajar siswa diteliti.
Hasilnya tampilan dari program komputer yang baik akan meningkatkan efektifitas. Selain itu berkenaan dengan efektifitas biaya juga diteliti, hasilnya, bahwa biaya akan lebih efektif bila CBL digunakan dalam pengajaran dengan pendekatan Cross-age tutoring (pengajaran dengan siswa yang tidak seumur).

Saran
Setelah beberapa Peneliti melakukan penelitian terkait dengan CBL ada beberapa saran yang diutarakan mengenai penelitian masa depan yang harus dilakukan terkait dengan CBL, yaitu:
a.    Melakukan penelitian mengenai efek pengalaman pemrograman dalam membangun keterampilan pemecahan masalah
b.    Penggunaan komputer dalam mengajarkan menulis
c.    Penggunaan simulasi dan microworlds  untuk mengajar kemampuan berpikir tingkat tinggi
d.    Penggunaan alat-alat untuk meningkatkan tugas belajar
e.    Pengembangan kurikulum baru yang berfokus pada belajar bagaimana seharusnya belajar.
Kelima saran tersebut menurut penulis sudah tidak relevan dengan situasi saat ini. Mengapa? Untuk saran-saran tersebut, penulis rasa sudah terwakili oleh berbagai penelitian yang dilakukan sebelumnya. Seperti dalam hal berpikir tingkat tinggi, sudah sangat jelas bahwa aplikasi komputer atau media lain dapat memfasilitasi hal tersebut, juga saran-saran lainnya penulis rasa sudah ada jawabannya.
Sekarang kecenderungannya adalah bagaimana membangun sebuah program yang dapat diakses tidak hanya dengan komputer namun lebih luas lagi dapat diakses secara mobile. Selain itu yang diperlukan adalah bagaimana mendesain sebuah program yang singkat, padat, dan jelas atau yang rapid (cepat), karena untuk belajar berbasis komputer tidak diperlukan sesuatu yang terlalu bertele-tele dan size aplikasi yang besar. Jadi penelitian untuk saat ini berfokus pada Bagaimana pengaruh program-program yang rapid terhadap efektifitas belajar siswa.

Kesimpulan

  • a.  Istilah-istilah dalam penelitian CBL meliputi CAI, CBI, CBE, CBL dan CAI. Dari kelima istilah tersebut, CBL adalah istilah yang paling sesuai dalam konteks ini.
  • b.    Tahap penelitian CBL meliputi : Tahap awal, Tahap Lanjutan, Tahap Penelitian Meta-analisis, dan Tahap Penelitian Deskriptif.
  • c.    Saran-saran untuk penelitian yang akan datang meliputi:
1.    Melakukan penelitian mengenai efek pengalaman pemrograman dalam membangun keterampilan pemecahan masalah
2.    Penggunaan komputer dalam mengajarkan menulis
3.    Penggunaan simulasi dan microworlds  untuk mengajar kemampuan berpikir tingkat tinggi
4.    Penggunaan alat-alat untuk meningkatkan tugas belajar
5.    Pengembangan kurikulum baru yang berfokus pada belajar bagaimana seharusnya belajar.

 Source :

Thompson, Ann D.,  Michael R. Simonson, Constance P. Hargrave. 1992. Educational Technology, A Review of The Research. USA: AECT

Penelitian Skripsi di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan UNJ


Penulis
            Christian Adi Putra
Dwi Anggrainy
Rahel Junitasari

Pendahuluan

Skripsi merupakan sebuah kata yang sangat akrab dikalangan akademisi juga dikalangan masyrakat umum. Bagi masyarakat awam/umum , skripsi dalam pemahaman mereka merupakan sesuatu yang sudah pasti dilakukan oleh seorang mahasiswa, namun tidak mengetahui secara jelas mengenai benda atau sesuatu macam apa skripsi itu.
Berbeda halnya dengan para mahasiswa atau para akademisi dalam perguruan tinggi, Skripsi merupakan suatu bentuk penelitian yang wajib dilakukan oleh setiap mahasiswa agar mampu memperoleh gelar sarjananya.
Skripsi menurut pengertiannya, merupakan muara dari semua pengetahuan dan keterampilan yang pernah diperoleh sebelumnya untuk diterapkan dalam menggali permasalahan yang ada (bak dalam literatur maupun kancah) agar dengan penelitiannya itu dapat diperoleh temuan yang bermanfaat bagi ilmunya tersebut.
Dalam membuat skripsi, objek kajian dan kawasan penelitiannya tentunya berbeda antara ilmu yang satu dengan bidang ilmu lain. Setiap bidang keilmuan memiliki ontologi, epistemologi dam aksiologi masing-masing. Karena itu setiap mahasiswa harus memahami dengan baik apa ontologi, epistemolgi dan juga aksiologi dari bidang ilmu yang ia dalami. Hal ini penting agar ia mudah dalam menyususn skripsinya, sehingga skripsinya jelas, dan tidak tersesat, karena bisa saja jika ia tidak paham, ia mengambil masalah yang sebenarnya bukanlah lahan dari bidang keeilmuan yang sedang ia dalami. Jika terjadi seperti itu, maka penelitian yang ia lakukan tidak akan relevan dan tidak memberi sumbangsih yang berarti terhadap bidang keilmuannya.
Teknologi Pendidikan adalah bidang ilmu yang fokus pada memfasilitasi belajar dan juga meningkatkan kinerja dengan menggunakan pendekatan yang sistemik dan sistematik (AECT 2008). Definisi terbaru mengenai Teknologi Pendidikan yang dirilis oleh AECT pada tahun 2008 dengan sangat jelas memberikan gambaran mengenai ontologi, epistemologi dan juga aksiologi Teknologi Pendidikan.
Ontologi dari bidang ilmu ini adalah Belajar pada manusia baik secara individual maupun yang tergabung dalam organisasi. Epistemologinya adalah pendekatan yang sistematik, sistemik, Sinergis, Inovatif, isomorfis, dan isomeristik. Sedangkan aksiologisnya adalah peningkatan mutu pendidikan, perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.
Berdasarkan ontologi atau objek kajian Teknologi Pendidikan maka yang menjadi fokus dalam skripsi atau penelitian dalam Teknologi Pendidikan adalah berkutat pada masalah belajar baik pada siswa maupun orang dewasa, dengan berdiri pada lahan desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan evaluasi dari berbagai proses dan sumber teknologi yang dianggap tepat untuk mengatasi masalah belajar pada manusia.
Adanya definisi terbaru mengenai Teknologi Pendidikan membuat fokus masalah Teknologi Pendidikan tidak hanya berhenti pada masalah belajar peserta didik dalam lingkup sekolah. Kini fokus Teknologi Pendidikan berlanjut pada Improving Performance atau peningkatan kinerja sumber daya manusia dalam lingkup non sekolah. Kesadaran akan pentingnya belajar sebagai sebuah kebutuhan, kini bukan hanya dimiliki oleh seorang siswa yang duduk dalam bangku sekolah, orang dewasa yang bekerja kini juga membutuhkan yang namanya belajar, agar mereka mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan pekerjaan dan lingkungannya.
Jadi permasalahan belajar sesungguhnya tidak saja dialami oleh siswa dalam bangku sekolah, namun orang dewasa juga memiliki masalah belajar yang berhubungan dengan pengetahuan dan juga kompetensinya dalam melaksanakan tugas di pekerjaannya. Karena itulah Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta membuka tiga macam konsentrasi yang dapat dipilih sesuai minat para mahasiswa.
Melihat lingkup Teknologi Pendidikan yang sangat luas, maka mahasiswa Teknologi Pendidikan UNJ diberi kebebasan untuk memilih minat mereka masing-masing. Konsentrasi yang tersedia dalam Program studi ini meliputi, Pengembang Media Pembelajaran, Pengelola Program Pembelajaran dan Teknologi Kinerja Manusia. Setiap mahasiswa TP UNJ yang akan memperoleh gelar Sarjananya akan melakukan penelitian yang sesuai dengan konsentrasi yang ia minati.
Lalu bagaimana gambaran peta skripsi Teknologi Pendidikan itu sendiri, khususnya pada konsentrasi Teknologi Kinerja Manusia? Seperti apa kecenderungan penelitian yang dilakukan oleh para mahasiswa Teknologi Pendidikan UNJ berdasarkan konsentrasi Teknologi Kinerja? Masalah tersebut akan dibahas tuntas dalam artikel ini.
Untuk mencari jawaban atas masalah tersebut, Data dikumpulkan melalui studi pustaka, yaitu mengambil sampel berupa skripsi-skripsi Teknologi Pendidikan UNJ dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2007-2012). Berdasarkan data yang diperoleh ada sekitar tiga puluh lima (35) buah skripsi dari seluruh konsentrasi. Ke tiga puluh lima buah skripsi tersebut masing-masing terdiri dari sepuluh skripsi tentang media pembelajaran, sepuluh skripsi tentang Pengelola Program Pembelajaran, dan lima belas Skripsi tentang Teknologi Kinerja. Dari seluruh Data yang diperoleh melalui studi pustaka ini, lima belas Skripsi Teknologi Kinerja akan menjadi fokus untuk menjawab pertanyaan terhadap masalah yang dihadapi dalam artikel ini.


Hasil

            Setelah melakukan studi pustaka di Perpustakaan Jurusan Kurikulum dan Teknlgi Pendidikan UNJ, Penulis mengambil data-data skripsi konsentrasi Teknlogi Kinerja yang terbit dalam jangka waktu lima tahun terkahir, yang berjumlah lima belas buah. Kelima belas skripsi tersebut kemudian diklasifikasikan untuk menentukan jenis penelitian skripsi tersebut berdasarkan paradigma, tujuan, dan tempat Penelitian. Berikut adalah data yang penulis peroleh:
  
Pada tabel tersebut skripsi tentang Teknlogi Kinerja yang penulis gunakan sebagai data berada dalam jangka waktu tahun 2007 hingga 2011. Tahun 2007 penulis mengambil satu buah skripsi, tahun 2008 penulis tidak menemukan data sehingga data yang diperoleh berjumlah nol (0). Tahun 2009 penulis menemukan dua skripsi, kemudian terbitan tahun 2010 ada enam data yang diperoleh, dan terkahir pda terbitan tahun 2011 ada enam data juga yang diperoleh penulis. Sehingga total keseluruhan data yang diperoleh adalah lima belas skripsi pada knsentrasi Teknologi Kinerja.
 
           Data pada tabel diatas merupakan data skripsi Teknologi Kinerja yang telah penulis klasifikasikan jenis penelitiannya. Klasifikasi didasarkan pada paradigma, tujuan dan tempat pelaksanaan penelitian pada kelima belas data skripsi yang diperoleh.
           Jenis penelitian berdasarkan tujuannya, penulis menemukan ada tiga jenis, meliputi Penelitian Deskriptif sebanyak empat buah, Penelitian Evaluasi sebanyak sembilan buah, dan Penelitian Pengembangan sebanyak dua buah. Berikut adalah gambaran data Penelitian berdasarkan tujuan:
 
 
 
Jenis penelitian beradasarkan tempat penelitiannya, penulis mengidentifikasi bahwa seluruh (lima belas) data skripsi yang diperleh merupakan Penelitian Lapangan. (lihat Gambar 4.)
 
           Berdasarkan Paradigma, teridentifikasi ada sembilan buah skripsi yang termasuk dalam jenis Penelitian Kuantitatif, dan sisanya sebanyak enam buah skripsi merupakan Penelitian Kualitatif. (lihat Gambar 5.)


Pembahasan

            Data yang diperoleh penulis dari hasil studi pustaka menemukan lima belas skripsi konsentrasi Teknologi Kinerja. Lima belas data skripsi tersebut merupakan sampel dari seluruh skripsi Teknologi Kinerja. Semua data yang digunakan merupakan skripsi terbitan lima tahun belakangan ini (2007-2012). Bila melihat gambaran hasil data yang diperoleh, dalam Gambar 1 pada bagian Hasil, penulis tidak mencantumkan data skripsi pada tahun 2012, hal ini dikarenakan skripsi terbitan 2012 belum tersedia di dalam Perpustakaan, sehingga data yang diperoleh hanya terbitan tahun 2007 hingga 2011.
Setelah semua data terkumpul, penulis mulai melakukan identifikasi terhadap data skripsi yang ada. Identifikasi dilakukan untuk menetapkan klasifikasi jenis penelitian skripsi yang didasarkan pada Paradigma penelitian, tujuan penelitian dan tempat penelitian.
Penulis mengidentifikasi ada jenis penelitian deskriptif, evaluasi dan juga pengembangan yang teridentifikasi berdasarkan tujuannya. Berdasarkan Paradigma, ada Penelitian Kuantitatif dan juga Kualitatif yang teridentifikasi pula dari data yang telah diperoleh. Kemudian berdasarkan tempat pnelitiannya, teridentifikasi bahwa seluruh skripsi yang ada merupakan Penelitian Lapangan.
Dari data yang berhasil dikumpulkan, berdasarkan tujuan penelitian penulis mengidentifikasi ada sekitar 60% merupakan Penelitian Evaluasi, 27% merupakan Penelitian Deskriptif, dan sisanya sebanyak 13% merupakan Penelitian Pengembangan. Dari sini terlihat bahwa dari total lima belas data skripsi yang diperoleh, dari sisi tujuan penelitiannya, Penelitian Evaluasi memegang posisi paling banyak diminati untuk dilakukan dalam rangka menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana.
Penelitian Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan data, dimana data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dan digunakan untuk mengembangkan kerangka berpikir dalam rangka pengambilan keputusan. (Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, 2007, h. 222). Penelitian Evaluasi yang dilakukan oleh para mahasiswa Teknologi kinerja dari hasil amatan penulis, berkutat pada program pelatihan yang dilaksanakan pada sebuah Organisasi. Program yang dilaksankan oleh suatu Organisasi diteliti efektifitas dan juga efisiensinya dengan mengacu pada model evaluasi tertentu. Hasil yang telah diperoleh dari penelitian akan berguna bagi para pengambil keputusan di tempat penelitian ini dilaksanakan untuk menetapkan keberlangsungan program yang telah dilaksanakan.
Di sisi lain Penelitian Deskriptif menempati posisi kedua yang paling banyak dilakukan dalam kurun waktu lima tahun belakangan ini. Penelitian Deskriptif merupakan Penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan suatu variabel, atau suatu gejala secara apa adanya. (Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, 2007, h. 234). Penelitian deskriptif yang dilakukan oleh para mahasiswa Teknologi Kinerja meliputi fenomena Organisasi Belajar, manajemen pengetahuan, interaksi dalam kegiatan diklat, dan lain-lain, yang pada intinya, penelitian yang dilakukan adalah menggambarkan suatu gejala atau fenomena atau bahkan penerapan suatu teori di lapangan. Semuanya dipotret secara apa adanya sesuai dengan keadaan real yang terjadi.
Di posisi terakhir ada penelitian pengembangan. Tujuan dari Penelitian Pengembangan yang dilakukan oleh mahasiswa Teknologi Kinerja adalah mengembangkan suatu produk berdasarkan masalah yang ditemui di lapangan. Produk yang dihasilkan berupa paket pelatihan, pengembangan instrumen evaluasi pelatihan, dan pengembangan instrumen evaluasi kinerja.
Dari sisi paradigma peneltian, dari total lima belas data yang ada, penulis mengidentifikasi ada sekitar 60% merupakan Penelitian Kuantitatif dan sisanya sebanyak 40% merupakan Penelitian Kualitatif.
Penelitian Kuantitatif adalah adalah suatu penelitian yang jelas dan spesifik meneliti populasi atau sampel tertentu dimana data diambil dengan menggunakan instrumen dan kemudian dianaslis menggunakan statistik, hasilnya berupa angka-angka yang kemudian akan diinterpretasikan untuk menjelaskan jawaban atas masalah yang dihadapi.
Penelitian Kuantitatif menjadi primadona di kalangan mahasiswa Teknologi Kinerja dalam kurun waktu lima tahun belakangan ini. Hampir seluruh penelitian yang berhasil diidentifikasi penulis, metode pengumpulan datanya menggunakan intrumen, dan dianalisis menggunakan metode statistik deskriptif, sehingga banyak skripsi yang didata, penulis klasifikasikan kejenis penelitian kuantitatif berdasarkan paradigmanya.
Sementara itu Penelitian Kualitatif juga banyak dilakukan, ada sekitar 40% skripsi yang teridentifikasi merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan kegiatan yang dilakukan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti bertindak sebagai instrumen kunci untuk memperoleh data dan juga menganalisisnya dan kemudian membuat kesimpulan yang menekankan makna dari pada generalisasi.
Untuk penelitian kualitatif dalam Teknologi Kinerja banyak dilakukan pada evaluasi program pelatihan dengan menggunakan model-model tertentu untuk melihat kualitas dari program yang dilaksanakan oleh suatu Organisasi.
Sementara itu bila melihat dari sisi tempat pelaksanaannya, seluruh penelitian yang dilakukan merupakan penelitian lapangan. 100% dari data yang diperoleh teridentifikasi masuk ke dalam penelitian lapangan. Penelitian lapangan adalah suatu kegiatan peneltian yang dilakukan di suatu tempat. Berfokus untuk mengatasi masalah yang terjadi pada tempat tertentu. Penelitian Teknologi Kinerja dari data yang ada seluruhnya merupakan penelitian lapangan. Penelitian dilakukan pada suatu Organisasi, bila pengembangan suatu program pelatihan pun, tetap berangkat dari masalah yang terjadi dalam suatu tempat dan kemudian dirancang sesuai dengan kebutuhan yang ada di tempat tersebut.
Dari pembahasan ini terlihat jelas bahwa kecenderungan peneltitian Teknologi Kinerja selama lima tahun belakangan ini ada pada penelitian evaluasi, kuantitatif, dan lapangan. Ketiga jenis peneltian ini paling dominan dilakukan. Penelitian Evaluasi menurut penulis merupakan penelitian yang tidak mudah apa lagi biasanya untuk hal evaluasi agak sulit dalam hal regulasi dengan pihak terkait sehingga dibutuhkan kerja yang lebih keras untuk menjalankan dan juga menyelesaikannya.
Melihat penelitian evaluasi menjadi primadona, terlihat bahwa kini banyak Organisasi yang mulai menyadari pentingnya evaluasi dalam rangka menilai suatu program yang dijalankan. Evaluasi harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai. Artinya ada kerangka yang jelas dan tidak bisa sembarangan dilakukan. Karena itu kompetensi Teknologi Pendidikan khususnya konsentrasi Teknologi Kinerja sangat penting dalam hal ini, karena para teknolog kinerja ini lah yang lebih tahu dan memahami lebih baik mengenai evaluasi program pelatihan dan juga konteksnya dalam peningkatan kinerja melalui intervensi intruksional. Jelas sangat terlihat bahwa karena hal itulah penulis berpendapat bahwa wajar penelitian evaluasi menjadi primadona, apa lagi Peneltian Evaluasi ini bisa sangat bermanfaat bagi organisasi yang bersangkutan bahkan bisa menjadi nilai jual yang cukup menggiurkan juga bagi peneliti.
Selain itu Penelitian kuantitatif juga lebih dominan, mungkin hal ini dikarenakan penelitian jenis ini lebih spesifik dan lebih valid bila dibandingan dengan kualitatif. Adanya intstrumen yang jelas dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya membuat data yang dikumpulkan lebih obyektif. Memang tidak mudah untuk menyusun instrumen sebagai alat pengumpul data, namun berdasarkan data yang ada, toh penelitian kuantitatif tetap paling diminati. Mungkin dengan adanya ahli materi dan juga program komputer SPSS sebagai alat pembantu dalam perhitungan Statistika, membuat hal ini sedikit lebih mudah, tidak seperti dahulu yang dihitung secara manual.
Terakhir, penulis mengidentifikasi bahwa seluruh data yang ada merupakan penelitian lapangan. Ini berarti banyak mahasiswa yang menemukan masalah yang terjadi di lapangan. Banyak kesenjangan yang terjadi antara teori dan juga praktiknya di lapangan sehingga menarik untuk diteliti.
Jadi melalui pembahasan ini sudah sangat jelas terlihat bagaimana peta skripsi Teknologi Kinerja dan juga kecenderungan penelitiannya. Saran penulis agar mahasiswa lain juga tetap mengibarkan penelitian tidak hanya fokus pada jenis penelitian yang sedang menjadi trend. Melihat secara jeli dan kreatif terhadap masalah dan juga pemecahannya sehingga memberikan wawasan baru yang menambah referensi baru dalam perkembangan keilmuan Teknologi Pendidikan khususnya Teknlogi Kinerja.
Penelitian Pengembangan juga menarik untuk dilakukan sehingga hal ini juga disarankan oleh penulis karena menurut penulis Penelitian Pengembangan juga bisa menjadi sesuatu yang bernilai jual selain Penelitian Evaluasi.


Kesimpulan

Penelitian Evaluasi, Kuantitatif dan Lapangan menjadi penelitian yang dominan dilakukan dalam penelitian Teknologi Kinerja. Kecenderungan penelitian dalam Teknlogi Kinerja ada pada ketiga jenis penelitian tersebut. Berdasarkan tujuannya, 60% penelitian merupakan penelitian evaluasi, sedangkan berdasarkan paradigmanya, sebanyak 60% merupakan penelitian kuantitatif, dan 100% penelitian Lapangan, dilihat dari sisi tempat penelitiannya.
Saran penulis agar mahasiswa lain juga tetap mengibarkan penelitian tidak hanya fokus pada jenis penelitian yang sedang menjadi trend. Melihat secara jeli dan kreatif terhadap masalah dan juga pemecahannya sehingga memberikan wawasan baru yang menambah referensi baru dalam perkembangan keilmuan Teknologi Pendidikan khususnya Teknlogi Kinerja. Penelitian Pengembangan juga menarik untuk dilakukan sehingga hal ini juga disarankan oleh penulis karena menurut penulis Penelitian Pengembangan juga bisa menjadi sesuatu yang bernilai jual selain Penelitian Evaluasi.

Referensi :

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. 2010. Bandung: Alfabeta

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. 2007. Jakarta: Rineka Cipta

Wijayalabs.multiply.com










 
ChrisAdiPutra © 2012 | Designed by Cheap TVS, in collaboration with Vegan Breakfast, Royalty Free Images and Live Cricket Score